PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagaimana tercantum pada pasal 3 Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Dalam permenkes RI No. 741/menkes/per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota pada bab 2 pasal 2 ayat 2a dijelaskan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil k4 95 % pada tahun 2015, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 % pada tahun 2015, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90 % pada tahun 2015, cakupan pelayanan nifas 90 % pada tahun 201, cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80 % pada tahun 2010, cakupan kunjungan bayi pada tahun 2010, cakupan desa/kelurahan universal child immunization 100 % pada tahun 2010, cakupan pelayan anak balita 90 % pada tahun 2010, cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan 100 % pada tahun 2010, cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100 % pada tahun 2010, cakupan peserta KB aktif 70 % pada tahun 2010, dengan melihat indikator di atas tentu hal ini akan membutuhkan suatu upaya-upaya yang strategis yang harus segera dilakukan secepatnya. Dan salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yakni pos pelayanan terpadu (Posyandu).
Sejalan dengan otonomi daerah (desentralisasi pelayanan dasar) kehadiran posyandu semakin lama semakin berkurang tidak saja jumlahnya tetapi juga kegiatannya. Pernyataan otonomi menurunkan aktivitas posyandu ini didukung oleh Menkes Siti Fadilah. Masalah ini akhirnya disadari oleh pemerintah, dan mulai mengadakan program revitalisasi, seperti dalam ucapan pidato kenegaraan tahun 2006 oleh presiden bahwa "pemerintah akan terus berupaya, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, guna menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan penyuluhan kesehatan, termasuk kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) juga mulai diaktifkan kembali. Hal ini sejalan dengan diterbitkannya Pedoman umum revitalisasi posyandu beberapa tahun yang lalu melalui surat edaran menteri dalam negeri dan otonomi daerah nomor : 411.3/1116/SJ tanggal 13 juni 2001.
Agar Posyandu dapat melaksanakan fungsinya, maka perlu upaya-upaya revitalisasi fungsi dan kinerjanya yang selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pengguna (user) Posyandu. Dimana dalam hal ini harus didukung oleh peningkatan peranan kader yang lebih berkualitas, tersedianya sarana dan prasarana, dukungan peran serta masyarakat setempat melalui kesadaran para pengguna posyandu itu sendiri serta adanya kerjasama dan sinergitas lintas sektor yang terkait. Program revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan lima program prioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Parepare bahwa jumlah posyandu pada tahun 2008 di kota parepare sebanyak 112 posyandu dan hanya 2 posyandu dengan kategori mandiri sisanya hanya pratama dan purnama, sedangkan di puskesmas Lakessi dari 19 posyandu tidak ada yang masuk kategori mandiri.
Dari hasil pemantauan yang kami lakukan dibeberapa posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Lakessi didapatkan beberapa permasalahan, diantaranya ; jumlah kader yang hadir kurang dari lima orang, kunjungan pengguna posyandu hanya didominasi oleh bayi dan balita, sarana dan prasarana belum memadai dimana penerapan system 5 meja belum berjalan dengan baik, dukungan dari lintas sektor belum maksimal dimana pelayanan kesehatan masih sangat terbatas pada pelayanan imunisasi dan konsultasi gizi, penyuluh KB belum berjalan dengan baik dan dukungan dari Tim penggerak PKK belum memuaskan. Sesuai data yang diperoleh dari Koordinator posyandu Puskesmas Perawatan Lakessi tentang kunjungan bayi/balita dalam kurun waktu 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan dengan rincian sebagai berikut ; pada tahun 2006 sebanyak 5.854 kunjungan, tahun 2007 = 5069 kunjungan dan tahun 2008 = 4944 Kunjungan. Dengan mencermati data di atas dan kondisi posyandu yang ada di wilayah kerka Puskesmas saat ini maka perlu melakukan upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi kota parepare.
Identifikasi dan perumusan masalah
Dari Uraian-uraian diatas dapat dirumuskan masalah sehubungan dengan upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi adalah :
Faktor- faktor apa saja yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Lakessi.
Definisi operasional
Faktor- faktor yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu adalah seluruh sumber daya dan potensi yang tersedia di posyandu yang dapat mengembangan dan meningkatan fungsi dan kinerja posyandu.
Upaya Revitalisasi Posyandu adalah Suatu upaya untuk kembali menghidupkan dan mengembangkan fungsi dan kinerja posyandu
Tujuan dan Kegunaan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung upaya revitalisasi Posyandu.
Kegunaan penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi dinas kesehatan pada umumnya dan puskesmas perawatan lakessi pada khususnya tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam upaya revitalisasi dan pengembangan posyandu. Di samping itu dapat menjadi rujukan dari pemerintah setempat untuk melihat gambaran posyandu yang ada di wilayahnya.
Kerangka Pemikiran
1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
Keberadaan kader posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggaraan pelayanan kebutuhan kesehatanan dasar sangat dibutuhkan. Mereka adalah ujung tombak pelayanan kesehatan yang merupakan kepanjangtanganan Puskesmas. Adapun yang perlu diteliti pada kader adalah :
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Keterampilan
Dukungan dan peran serta masyarakat melalui kesadaran pengguna posyandu untuk datang ke posyandu sangat diharapkan. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masih menempatkan masyarakat sebagai objek, bukan sebagai subjek pembangunan kesehatan. Hal-hal yang perlu diteliti adalah :
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Motivasi
Tersedianya sarana dan prasarana di posyandu sangat menunjang kelancaran proses kegiatan di posyandu, kurangnya sarana dan prasarana dapat menghambat kegiatan posyandu. Adapun sarana dan prasarana yang perlu diobservasi adalah :
a. Sarana pelayanan kesehatan
b. Sarana pelayanan penyuluhan
c. Sarana administrasi
d. Tempat pelayanan
e. Sarana pendukung ( lingkungan )
Adanya kerjasama lintas sektor sangat diharapkan guna menunjang berjalannya program di posyandu sebagai suatu kesatuan baik dari tenaga kesehatan, penyuluh KB maupun dari Tim penggerak PKK. Adapun yang perlu diteliti :
a. Tanggungjawab
b. Kerjasama
c. Kedisiplinan
2. Pola Pikir Variabel
Hubungan ketiga variabel tersebut di atas dapat dilihat melalui bagan sebagai berikut :
Gambar 1 : Skema kerangka pikir penelitian
3. Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas (independent variable)
- Keberadaan kader posyandu
- Kesadaran pengguna posyandu
- Tersedianya sarana dan prasarana
- Adanya kerjasama lintas sektor
b. Variabel terikat
- Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan Fungsi dan kinerja posyandu.
METODE PENELITIAN
Metode dan desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan “ cross sectional study “ yaitu dinamika hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dikaji pada saat yang bersamaan dengan tujuan mengetahui faktor – faktor yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi kecamatan Soreang kota Parepare.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1. Wawancara
2. Kuisioner
3. Obsevasi
Populasi dan sampel
Populasi
Populasi adalah semua kader posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi berjumlah 95 orang, seluruh pengguna posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi, penanggung jawab posyandu (petugas puskesmas perawatan lakessi) berjumlah 19 orang, semua ketua pokja IV kelurahan ang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi berjumlah 4 orang, dan seluruh petugas PLKB berjumlah 4 orang.
Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling,
PROPOSAL PENELITIAN
STUDI UPAYA REVITALISASI POSYANDU DALAM RANGKA PENINGKATAN FUNGSI DAN KINERJA POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PERAWATAN LAKESSI
HASDI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar