Sabtu, 25 April 2009

Revitalisasi Posyandu

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagaimana tercantum pada pasal 3 Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Dalam permenkes RI No. 741/menkes/per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota pada bab 2 pasal 2 ayat 2a dijelaskan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil k4 95 % pada tahun 2015, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 % pada tahun 2015, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90 % pada tahun 2015, cakupan pelayanan nifas 90 % pada tahun 201, cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80 % pada tahun 2010, cakupan kunjungan bayi pada tahun 2010, cakupan desa/kelurahan universal child immunization 100 % pada tahun 2010, cakupan pelayan anak balita 90 % pada tahun 2010, cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan 100 % pada tahun 2010, cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100 % pada tahun 2010, cakupan peserta KB aktif 70 % pada tahun 2010, dengan melihat indikator di atas tentu hal ini akan membutuhkan suatu upaya-upaya yang strategis yang harus segera dilakukan secepatnya. Dan salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yakni pos pelayanan terpadu (Posyandu).
Sejalan dengan otonomi daerah (desentralisasi pelayanan dasar) kehadiran posyandu semakin lama semakin berkurang tidak saja jumlahnya tetapi juga kegiatannya. Pernyataan otonomi menurunkan aktivitas posyandu ini didukung oleh Menkes Siti Fadilah. Masalah ini akhirnya disadari oleh pemerintah, dan mulai mengadakan program revitalisasi, seperti dalam ucapan pidato kenegaraan tahun 2006 oleh presiden bahwa "pemerintah akan terus berupaya, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, guna menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan penyuluhan kesehatan, termasuk kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) juga mulai diaktifkan kembali. Hal ini sejalan dengan diterbitkannya Pedoman umum revitalisasi posyandu beberapa tahun yang lalu melalui surat edaran menteri dalam negeri dan otonomi daerah nomor : 411.3/1116/SJ tanggal 13 juni 2001.
Agar Posyandu dapat melaksanakan fungsinya, maka perlu upaya-upaya revitalisasi fungsi dan kinerjanya yang selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pengguna (user) Posyandu. Dimana dalam hal ini harus didukung oleh peningkatan peranan kader yang lebih berkualitas, tersedianya sarana dan prasarana, dukungan peran serta masyarakat setempat melalui kesadaran para pengguna posyandu itu sendiri serta adanya kerjasama dan sinergitas lintas sektor yang terkait. Program revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan lima program prioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Parepare bahwa jumlah posyandu pada tahun 2008 di kota parepare sebanyak 112 posyandu dan hanya 2 posyandu dengan kategori mandiri sisanya hanya pratama dan purnama, sedangkan di puskesmas Lakessi dari 19 posyandu tidak ada yang masuk kategori mandiri.
Dari hasil pemantauan yang kami lakukan dibeberapa posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Lakessi didapatkan beberapa permasalahan, diantaranya ; jumlah kader yang hadir kurang dari lima orang, kunjungan pengguna posyandu hanya didominasi oleh bayi dan balita, sarana dan prasarana belum memadai dimana penerapan system 5 meja belum berjalan dengan baik, dukungan dari lintas sektor belum maksimal dimana pelayanan kesehatan masih sangat terbatas pada pelayanan imunisasi dan konsultasi gizi, penyuluh KB belum berjalan dengan baik dan dukungan dari Tim penggerak PKK belum memuaskan. Sesuai data yang diperoleh dari Koordinator posyandu Puskesmas Perawatan Lakessi tentang kunjungan bayi/balita dalam kurun waktu 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan dengan rincian sebagai berikut ; pada tahun 2006 sebanyak 5.854 kunjungan, tahun 2007 = 5069 kunjungan dan tahun 2008 = 4944 Kunjungan. Dengan mencermati data di atas dan kondisi posyandu yang ada di wilayah kerka Puskesmas saat ini maka perlu melakukan upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi kota parepare.
Identifikasi dan perumusan masalah
Dari Uraian-uraian diatas dapat dirumuskan masalah sehubungan dengan upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi adalah :
Faktor- faktor apa saja yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Lakessi.
Definisi operasional
Faktor- faktor yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu adalah seluruh sumber daya dan potensi yang tersedia di posyandu yang dapat mengembangan dan meningkatan fungsi dan kinerja posyandu.
Upaya Revitalisasi Posyandu adalah Suatu upaya untuk kembali menghidupkan dan mengembangkan fungsi dan kinerja posyandu
Tujuan dan Kegunaan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung upaya revitalisasi Posyandu.
Kegunaan penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi dinas kesehatan pada umumnya dan puskesmas perawatan lakessi pada khususnya tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam upaya revitalisasi dan pengembangan posyandu. Di samping itu dapat menjadi rujukan dari pemerintah setempat untuk melihat gambaran posyandu yang ada di wilayahnya.




















LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

Kajian Teori
POSYANDU
Sejarah Lahirnya Posyandu
Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat diharapkan dapat menguntungkan masyarakat, karena memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, sehingga pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU). Kegiatan yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sesuai dengan konsep ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu KIA, KB, Imunisasi, Gizi dan penanggulangan diare.
Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Tujuan Posyandu
Menunjang percepatan penurunan angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
Sasaran Posyandu
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
1. Bayi
2. Anak Balita
3. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
4. Pasangan Usia Subur (PUS)
Fungsi Posyandu
1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
Manfaat Posyandu
1. Bagi masyarakat
a. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
c. Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.
2. Bagi kader, pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
3. Bagi Puskesmas
a. Optimalisasi fungsi Pusskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c. Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu.
4. Bagi sektor lain
a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
b. Meningkatkan efisiensi melalui pemberian perlayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor.

Lokasi Posyandu
Posyandu berlokasi di setiap desa/kelurahan/nagari. Bila diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun, atau sebutan lainnya yang sesuai.
Kedudukan Posyandu
1. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintahan Desa/Kelurahan
Pemerintahan desa/kelurahan adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan di desa/kelurahan adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa/kelurahan.
2. Kedudukan Posyandu Terhadap Pokja Posyandu
Pokja Posyandu adalah kelompok kerja yang dibentuk di desa/kelurahan, yang anggotanya terdiri dari aparat pemerintahan desa/kelurahan dan tokoh masyarakat yang bertanggung jawab membina Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap Pokja adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat binaan aspek administratif, keuangan, dan program dari Pokja.
3. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM
UKBM adalah bentuk umum wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, yang salah satu diantaranya adalah Posyandu. Kedudukan Posyandu terhadap UKBM dan pelbagai lembaga kemasyarakatan /LSM desa/kelurahan yang bergerak di bidang kesehatan adalah sebagai mitra.
4. Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan
Konsil Kesehatan Kecamatan adalah wadah pemberdayaan masyarakat di bidang keshatan yang dibentuk dari, oleh dan untuk masyarakat di kecamatan yang berfungsi menaungi dan mengkoordinir setiap Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Kedudukan Posyandu Terhadap Konsil Kesehatan Kecamatan adalah sebagai satuan organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumberdaya dari Konsil Kesehatan Kecamatan.
5. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab melaksanakan pembangunan kesehatan di kecamatan. Kedudukan Posyandu terhadap Puskesmas adalah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas.
Kegiatan Posyandu
Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan / pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:
Kegiatan utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
b. Ibu Nifas dan Ibu Menyusui
c. Bayi dan Anak Balita
2. Keluarga Berencana (KB)
3. Imunisasi
4. Gizi
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Sistem Lima Meja Posyandu
1. Meja I
a. Pendaftaran
b. Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur.
2. Meja II
a). Penimbangan balita, Ibu hamil
3. Meja III
b). Pengisian KMS
4. Meja IV
a. Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, PUS yang belum mengikuti KB
b. Penyuluhan kesehatan
c. Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan, kondom
5. Meja V
a. Pemberian imunisasi
b. Pemeriksaan kehamilan
c. Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan
d. Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan
Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya : dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya.
KADER KESEHATAN
Pengertian
Secara umum istilah kader kesehatan yaitu kader-kader yang dipilih oleh masyarakat tadi menjadi penyelenggara Posyandu. Banyak para ahli mengemukakan mengenai pengertian tentang kader kesehatan antara lain:
1. L. A. Gunawan memberikan batasan tentang kader kesehatan: “kader kesehatan dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat”.
2. Direktorat bina peran serta masyarakat Depkes RI memberikan batasan kader: “Kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela”.
Tujuan pembentukan kader
Dalam rangka mensukseskan pembangunan nasional, khusus dibidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan diarahkan pada prinsip bahwa masyarakat bukanlah sebagai objek akan tetapi merupakan subjek dari pembangunan itu sendiri.
Pada hakekatnya kesehatan dipolakan mengikut sertakan masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab. Keikut sertaan masyarakat dalam meningkatkan efisiensi pelayanan adalah atas dasar terbatasnya daya dan adanya dalam operasional pelayanan kesehatan masyarakat akan memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat seoptimal mungkin. Pola pikir yang semacam ini merupakan penjabaran dari karsa pertama yang berbunyi, meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menolong dirinya dalam bidang kesehatan.
Menurut Santoso Karo-Karo, kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata tingkat desa teryata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana, akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:
1. Pengobatan/ringan sederhana, pemberian obat cacing pengobatanterhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhan dan lain-lain.
2. Penimbangan dan penyuluhan gizi.
3. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi KB penyuluhan dalam upaya menanamkan NKKBS.
4. Peyediaan dan distribusi obat/alat kontasepsi KB penyuluhan dalam upaya menamakan NKKBS.
5. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan lingkungan, pembuatan jamban keluarga da sarana air sederhana.
6. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.
Perilaku kesehatan tidak terlepas dari pada kebudayaan masyarakat. Dalam
upaya untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat harus pula diperhatikan keadaan
sosial budaya masyarakat. Sehingga untuk mengikut sertakan masyarakat dalam upaya pembangunan khususnya dalam bidang kesehatan, tidak akan membawa hasil
yang baik bila prosesnya melalui pendekatan dengan edukatif yaitu, berusaha menimbulkan kesadaran untuk dapat memecahkan permasalahan dengan memperhitungkan sosial budaya setempat.
Dengan terbentuknya kader kesehatan, pelayanan kesehatan yang selama ini dikerjakan oleh petugas kesehatan saja dapat dibantu oleh masyarakat. Dengan demikian masyarakat bukan hanya merupakan objek pembangunan, tetapai juga merupakan mitra pembangunan itu sendiri. Selanjutnya dengan adanay kader, maka
pesan-pesan yang disampaikan dapat diterima dengan sempurna berkat adanya kader, jelaslah bahwa pembentukan kader adalah perwujudan pembangunan dalam bidang kesehatan.
Tugas kegiatan kader
Tugas kegiatan kader akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan. Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.
Adapun kegiatan pokok yang perlu diketahui oleh dokter kader dan semua pihak dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan baik yang menyangkut didalam maupun diluar Posyandu antara lain:
1. Kegiatan yang dapat dilakukan kader di Posyandu adalah:
a. Melaksanan pendaftaran.
b. Melaksanakan penimbangan bayi dan balita.
c. Melaksanakan pencatatan hasil penimbangan.
d. Memberikan penyuluhan.
e. Memberi dan membantu pelayanan.
f. Merujuk.
2. Kegiatan yang dapat dilakukan kader diluar Posyandu KB-kesehatan adalah:
a. Bersifat yang menunjang pelayanan KB, KIA, Imunisasi, Gizi dan penanggulan diare.
b. Mengajak ibu-ibu untuk datang para hari kegiatan Posyandu.
c. Kegiatan yang menunjang upanya kesehatan lainnya yang sesuai dengan permasalahan yang ada:
1). pemberantasan penyakit menular.
2). Penyehatan rumah.
3). Pembersihan sarang nyamuk.
4). Pembuangan sampah.
5). Penyediaan sarana air bersih.
6). Menyediakan sarana jamban keluarga.
7). Pembuatan sarana pembuangan air limbah.
8). Pemberian pertolongan pertama pada penyakit.
9). P3K
10). Dana sehat.
11). Kegiatan pengembangan lainnya yang berkaitan dengan kesehatan.
3. Peranan Kader diluar Posyandu KB-kesehatan:
a. Merencanakan kegiatan, antara lain: menyiapkan dan melaksanakan survei mawas diri, membahas hasil survei, menyajikan dalam MMd, menentukan masalah dan kebutuhan kesehatan masyarakat desa, menentukan kegiatan penanggulangan masalah kesehatan bersama masyarakat, membahas pembagian tugas menurut jadwal kerja.
b. Melakukan komunikasi, informasi dan motivasi wawan muka (kunjungan), alat peraga dan percontohan.
c. Menggerakkan masyarakat: mendorong masyarakat untuk gotng ronyong, memberikan informasi dan mengadakan kesepakatan kegiatan apa yang akan dilaksanakan dan lain-lain.
d. Memberikan pelayanan yaitu, :
1). Membagi obat
2). Membantu mengumpulkan bahan pemeriksaan
3). Mengawasi pendatang didesanya dan melapor
4). Memberikan pertolongan pemantauan penyakit
5). Memberikan pertolongan pada kecelakaan dan lainnya
e. Melakukan pencatatan, yaitu:
1). KB atau jumlah Pus, jumlah peserta aktif dsb
2). KIA : jumlah ibu hamil, vitamin A yang dibagikan dan sebagainya
3). Imunisasi : jumlah imunisasi TT bagi ibu hamil dan jumlah bayi dan balita yang diimunisasikan
4). Gizi: jumlah bayi yang ada, mempunyai KMS, balita yang ditimbang dan yang naik timbangan
5). Diare: jumlah oralit yang dibagikan, penderita yang ditemukan dan dirujuk
f. Melakukan pembinaan mengenai laima program keterpaduan KB-kesehatan dan upanya kesehatan lainnya.
g. Keluarga pembinaan yang untuk masing-masing untuk berjumlah 10-20KK atau diserahkan dengan kader setempat hal ini dilakukan dengan memberikan informasi tentang upanya kesehatan dilaksanakan.
h. Melakukan kunjungan rumah kepada masyarakat terutama keluarga binaan.
i. Melakukan pertemuan kelompok.
Persyaratan menjadi kader
Bahwa pembangunan dibidang kesehatan dapat dipengaruhi dari keaktifan masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan memdapat dukungan dari kepala desa setempat kadang-kadang tidak gampang.
Namun bagaimanapun proses pemilihan kader ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, sudah barang tentu para pamong desa harus juga mendukung. Dibawah ini salah satu persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk pemilihan calon kader.
1. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
2. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
3. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang bersangkutan.
4. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
5. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon kader lainnya dan berwibawa
6. Sanggup membina paling sedik 10 KK untuk meningkatkan keadaan kesehatan lingkungan
7. Diutamakan telah mengikuti KPD atau mempunayai keterampilan
Dr. Ida Bagus, mempunyai pendapat lain mengenai persaratan bagi seorang kader antara lain:
1. Berasal dari masyarakat setempat.
2. Tinggal di desa tersebut.
3. Tidak sering meninggalkan tempat untuk waktu yang lama.
4. Diterima oleh masyarakat setempat.
5. Masih cukup waktu bekerja untuk masyarakat disamping mencari nafkah lain.
6. Sebaiknya yang bisa baca tulis.
Dari persyaratan-persyaratan yang diutamakan oleh beberapa ahli diatas dapatlah disimpulkan bahwa kriteria pemilihan kader kesehatan antara lain, sanggup
bekerja secara sukarela, mendapat kepercayaan dari masyarakat serta mempunyai krebilitas yang baik dimana perilakunya menjadi panutan masyarakat, memiliki jiwa
pengabdian yang tinggi, mempunyai penghasilan tetap, pandai baca tulis, sanggup membina masayrakat sekitarnya.
Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan baik di Posyandu.




















Hasil Penelitian yang relevan
Judul Penelitian : “ MANAJEMEN REVITALISASI POSYANDU DI PUSKESMAS
KABUPTEN BUNGO PROPINSI JAMBI “
Oleh : Yunardi1, Kristiani2
INTISARI
Latar Belakang. Krisis multi dimensi berdampak pula terhadap penurunan kinerja posyandu, penurun aktifitas kader, dan rendahnya partisifasi masyarakat. Pemerintah telah menetapkan kebijakan Revitalisasi Posyandu melalui SE No.411.3/536/SJ/1999 dan SE Mendagri No.411.3/1116/SJ/2001 guna meningkatkan kembali peran dan fungsi posyandu. Di Kabupaten Bungo, pelaksanan revitasasi posyandu dilaksanakan tahun 2004/2005 bersumber dari dana PKPS-BBM, yang diterima langsung oleh puskesmas. Sejauh ini belum ada evaluasi pelaksanaan kegiatan revitalisasi posyandu.
Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi program revitalisasi posyandu di puskesmas Kabupaten Bungo.
Metode Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan pengambilan data sesaat (cross sectional), menggunakan metode kualitatif. Unit analisis adalah puskesmas, dengan subjek penelitian: kepala seksi Promkes dinas kesehatan, petugas puskesmas, kepala puskesmas, ketua Pokjanal posyandu kecamatan, Bidan di Desa dan ketua kader posyandu. Data primer diperoleh dari wawancara, FGD, telaah dokumen dan observasi di posyandu.
Hasil Penelitian. Ketersediaan input masih terbatas, dana hanya dari PKPS-BBM, sementara dana posyandu melalui PKK desa belum direalisasikan untuk kebutuhan posyandu. Pengelola memiliki tugas rangkap (lebih dari 2), sementara pedoman yang digunakan belum bermuatan lokal. Delapan puluh persen (80%) belum melakukan proses perencanaan dengan baik, tidak mengikuti azas perencanaan. Pengorganisasian tugas dari atasan ke bawahan 60% belum berjalan dengan baik. Pergerakan-pelaksanaan belum berjalan baik, kurangnya komunikasi/motivasi atasan kepada bawahan, kurangnya komunikasi dengan lintas sektor. Pengawasan dan pembinaan oleh dinas kesehatan ke puskesmas (80%) belum berjalan. Pembinaan bidan di desa oleh puskesmas 80% tidak dilaksanakan, sementara pembinaan bidan di desa di posyandu sudah berjalan, meskipun mutu pembinaan masih diragukan.
Setelah revitalisasi hasil D/S dan strata posyandu tidak mencapai target. Proses manajemen yang baik mendatangkan hasil yang baik.
Kesimpulan. Revitalisasi Posyandu di Kabupaten Bungo belum meningkatkan partisipasi dan pengembangan posyandu.









Kerangka Pemikiran
1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
Keberadaan kader posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggaraan pelayanan kebutuhan kesehatanan dasar sangat dibutuhkan. Mereka adalah ujung tombak pelayanan kesehatan yang merupakan kepanjangtanganan Puskesmas. Adapun yang perlu diteliti pada kader adalah :
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Keterampilan
Dukungan dan peran serta masyarakat melalui kesadaran pengguna posyandu untuk datang ke posyandu sangat diharapkan. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masih menempatkan masyarakat sebagai objek, bukan sebagai subjek pembangunan kesehatan. Hal-hal yang perlu diteliti adalah :
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Motivasi
Tersedianya sarana dan prasarana di posyandu sangat menunjang kelancaran proses kegiatan di posyandu, kurangnya sarana dan prasarana dapat menghambat kegiatan posyandu. Adapun sarana dan prasarana yang perlu diobservasi adalah :
a. Sarana pelayanan kesehatan
b. Sarana pelayanan penyuluhan
c. Sarana administrasi
d. Tempat pelayanan
e. Sarana pendukung ( lingkungan )
Adanya kerjasama lintas sektor sangat diharapkan guna menunjang berjalannya program di posyandu sebagai suatu kesatuan baik dari tenaga kesehatan, penyuluh KB maupun dari Tim penggerak PKK. Adapun yang perlu diteliti :
a. Tanggungjawab
b. Kerjasama
c. Kedisiplinan
3. Pola Pikir Variabel
Hubungan ketiga variabel tersebut di atas dapat dilihat melalui bagan sebagai berikut :




Gambar 1 : Skema kerangka pikir penelitian
4. Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas (independent variable)
a. Peranan kader
b. Kesadaran pengguna posyandu
c. Tersedianya sarana dan prasarana
d. Adanya kerjasama lintas sektor
b. Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan Fungsi dan kinerja posyandu.













Hipotesis Penelitian
Dari ke empat variabel di atas, maka akan dirumuskan suatu hipotesa sementara yaitu ; Hipotesa nol (H0) adalah tidak ada hubungan antara peranan kader, kesadaran pengguna posyandu, tersedianya sarana dan prasarana serta adanya kerjasama lintas sektor dengan dengan upaya revitalisasi posyandu, atau dengan kata lain ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi upaya revitalisasi posyandu. Sedangkan hipotesa alternatif ( Ha) yaitu ada hubungan antara faktor keberadaan kader, kesadaran pengguna posyandu, tersedianya sarana dan prasarana serta terwujudnya kerjasama lintas sektor dengan dengan upaya revitalisasi posyandu.
Dari hipotesa di atas, penulis akan melakukan penelitian manakah faktor yang paling berpengaruh terhadap upaya revitaliasi posyandu. Apakah faktor peranan kader, faktor kesadaran pengguna posyandu, faktor tersedianya sarana dan prasarana, ataukah faktor adanya kerjasama lintas sektor.









METODE PENELITIAN
Metode dan desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yakni menggambarkan bagaimana pengaruh upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian melalui survei dengan pendekatan “ cross sectional study “ yaitu dinamika hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dikaji pada saat yang bersamaan dengan tujuan mengetahui faktor – faktor yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi kecamatan Soreang kota Parepare.
Instrumen Penelitian

Populasi dan sampel
Populasi
Populasi adalah semua kader posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi berjumlah 95 orang, seluruh pengguna posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi berjumlah orang, penanggung jawab posyandu (petugas puskesmas perawatan lakessi) berjumlah 19 orang, semua ketua pokja IV kelurahan ang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi berjumlah 4 orang




Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling, yaitu dengan rumus : n = N , dimana :
1 + N (d) 2
N = jumlah populasi (120 anak)
d = 0.05 (standar deviasi)
n = Jumlah sampel

Teknik pengelolahan dan analisis data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pengujian hipotesis
Pembahasan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Posyandu Merpati III wilayah kerja Puskesmas Perawatan Lumpue kota Parepare, yang mana Posyandu ini melayani 3 RW yaitu RW 4, 5, dan 8 ; sehingga jumlah balitanya jauh lebih banyak dibandingkan dengan Posyandu lainnya yang berada di wilayah kerja Puskesmas perawatan Lumpue tersebut.
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil kuisioner dengan dilengkapi dengan wawancara langsung kepada rerponden, dalam hal ini respondennya adalah ibu balita yang berkunjung ke Posyandu.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas yaitu dari laporan tahunan dan laporan kegiatan posyandu oleh pengelola posyandu dan petugas imunisasi.
C. Pengolahan dan Penyajian Data
1. Pengolahan Data
Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner diklasifikasikan nantinya secara manual dan akan diolah dengan menggunakan perangkat komputer

2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel dan grafik distribusi frekuensi dan tabulasi silang antar variabel yang disertai dengan analisis dan penjelasan.
D. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis yang digunakan untuk menguji hubungan antara variabel mana yang paling berpengaruh yaitu umur balita, tenaga kesehatan dan kesadaran ibu terhadap kunjungan balita di Puskesmas adalah dilakukan dengan ujiChi Square.
X2 = (fo - fh)2
fh
Keterangan :
X2 = Chi Square
fo = Frekuensi yang diobservasi baik melalui pengamatan maupun
hasil kuisioner
fh = Frekuensi yang diharapkan (Sugiono,2003)
Interpretasi :
1. Ada hubungan jika X2 hitung > dari X2 tabel atau Ho ditolak dan Ha diterima
2. Tidak ada hubungan jika X2 hitung < dari X2 tabel atau Ho diterima dan Ha ditolak.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Posyandu Merpati III dengan menggunakan teknik kuisioner dan wawancara kepada ibu balita, dan kader posyandu.
Pengumpulan data dilaksanakan mulai tanggal 05 Juni sampai dengan 05 Juli 2008, sesuai dengan jadual posyandu Merpati III. Jumlah sampel sebanyak 90 orang balita dan yang diwawancarai adalah ibu balita yang berkunjung ke Posyandu tersebut. Pengolahan dan penyajian data adalah sebagai berikut :
1. Karakteristik responden
a. Umur
Tabel 1
Distribusi frekuensi berdasarkan Umur Responden
di Posyandu Merpati III Parepare tahun 2008

No Umur Responden Jumlah Persentase (%)
1 ≤ 20 10 11.11
2 21 – 25 20 22,22
3 26 – 30 30 33,33
4 ≥ 31 30 33,33
Jumlah 90 100
Sumber: Data Primer 2008
Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa dari 90 responden yaitu ibu balita yang ditanyai terdapat 10 orang yang berumur ≤21 tahun (11,11%), 20 orang yang berumur 21-25 tahun (22,22%), 30 orang yang berumur 26-30 tahun (33,336%) dan 30 orang yang berumur ≥ 31 tahun. Dengan demikian jumlah responden atau ibu yang mempunyai balita dan berkunjung ke posyandu umumnya berumur 26 tahun ke atas.
b. Jenis Kelamin Responden
Tabel 2
Distribusi frekuensi menurut Jenis Kelamin Responden
di Posyandu Merpati III Parepare 2008

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1. Laki-laki 0 0
2. Perempuan 90 100
J u m l a h 90 100
Sumber: Data Primer 2008
Data pada tabel 2 menunjukkan bahwa dari 90 responden (0%) tidak terdapat laki-laki yang membawa balitanya ke posyandu dan terdapat 90 orang ibu (100%) yang membawa balita ke posyandu, jadi pada umumnya yang membawa balita ke posyandu adalah ibunya.

c. Pendidikan Responden
Tabel 3
Distribusi frekuensi menurut Pendidikan Responden
di Poyandu Merpati III parepare 2008

No Pendidikan Jumlah Persentase (%)
1 SD 20 22.23
2 SMP 30 33,33
3 SMA 30 33.33
4 SARJANA 10 11.11
J u m l a h 90 100
Sumber: Data Primer 2008
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 90 responden terdapat 20 orang (22,23%) menunjukkan tingkat pendidikan terakhir SD, 30 orang (33,33%) berpendidikan SMP, 30 orang(33,33%) berpendidikan SMA dan 10 orang(11,11%) berpendidikan Sarjana. Jadi pada umumnya responden berpendidikan SMP dan SMA.
d. Pekerjaan Responden
Tabel 4
Distribusi frekuensi menurut Pekerjaan Responden
di Posyandu Merpati III Parepare 2008

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)
1 IRT 40 44.44
2 PNS/ Swasta 50 55.56
J u m l a h 90 100
Sumber: Data Primer 2008
Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 90 responden pada umumnya bekerja yaitu 50 orang(55,56%) dan 40 orang (44,44%) tidak bekerja.
e. Jenis Kelamin Anak
Tabel 5
Distribusi Frekuensi menurut Jenis Kelamin Anak
di Posyandu Merpati III Parepare 2008

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-laki 41 45.56
2 Perempuan 49 54.44
J u m l a h 90 100
Sumber: Data Primer 2008
Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa terdapat 41 orang (45,56%) balita dengan jenis kelamin laki-laki yang berkunjung ke posyandu dan 49 orang (54,44%) balita dengan jenis kelamin perempuan yang berkunjung ke posyandu. Jadi pada umumnya balita yang berkunjung ke posyandu adalah perempuan.






2. Karakteristik Variabel
a. Umur Balita
Tabel 6 :
Distribusi Frekuensi menurut Umur Anak
di Posyandu Merpati III Parepare 2008

No Umur Anak Jumlah Persentase (%)
1 0 - 11 bulan 46 51.11
2 12 – 59 bulan 44 48.89
J u m l a h 90 100
Sumber: Data Primer 2008
Data pada tabel 6 menunjukan bahwa dari 90 balita yang diteliti pada umumnya balita yang berkunjung ke posyandu berumur 0-11 bulan yaitu 46 orang (51,11%) dan 44 orang (48,89%) yang berumur 12-59 bulan.
b. Tingkat Kesadaran ibu
Tabel 7
Distribusi Responden menurut tingkat kesadaran ibu
Di Posyandu Merpati III Kota Parepare
No Kesadaran Ibu Jumlah Persentase (%)
1 Kurang menyadari 0 0
2 Menyadari 90 100
Jumlah 90 100
Sumber: Data Primer 2008

Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa terdapat 90 orang (100%)responden atau pada umumnya responden menyadari dan memahami pentingnya menimbang balita ke posyandu setiap bulan.
c. Tenaga kesehatan
Tabel 8
Distribusi Responden tentang ketersediaan tenaga kesehatan
di Posyandu Merpati III Kota Parepare.
No Ketersediaan tenaga Jumlah Persentase (%)
1 Tidak tersedia 0 0
2 Tersedia 90 100
Jumlah 90 100
Sumber: Data Primer 2008
Data pada tabel 8 menunjukkan bahwa pada umumnya responden mengatakan tenaga kesehatan selalu tersedia di Posyandu yaitu 90 orang (100%) mengatakan tenaga kesehatan selalu ada di posyandu walaupun kadang-kadang terlambat datang tanpa konfirmasi dengan kader posyandu yang menyebabkan adanya kejenuhan ibu dan balita menunggu, dan 0 orang (0%) yang mengatakan tidak tersedia.



3. Uji Statistik Antara Variabel Independen Terhadap Variabel Dependen
Hipotesis nol (Ho)
 Tidak ada pengaruh antara umur Balita dengan kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare.
 Tidak ada pengaruh antara tingkat kesadaran ibu dengan kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare.
 Tidak ada pengaruh antara tenaga kesehatan di Posyandu dengan kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare.
Hipotesis Alternatif (Ha)
 Ada pengaruh antara umur Balita dengan kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare.
 Ada pengaruh antara tingkat kesadaran ibu dengan kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare.
 Ada pengaruh antara ketersediaan tenaga kesehatan di Posyandu terhadap kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare.






a. Analisis hubungan antara tingkat kesadaran Ibu dengan kunjungan Posyandu
Tabel 9
Hubungan antara tingkat kesadaran Ibu dengan Kunjungan Posyandu Merpati III Puskesmas Perawatan Lumpue Kota Parepare
Kesadaran Ibu Kunjungan Posyandu
Kadang-Kadang Selalu Total
n % n % N %
Kurang Menyadari 1 1,11 1 1,11 2 2,22
Menyadari 2 2,22 86 95,56 88 97,78
Total 3 3,32 87 96,66 90 100
Sumber: Data Primer tahun 2008
Berdasarkan data pada tabel 9 menunjukkan bahwa dari 87 orang yang selalu berkunjung ke Posyandu lebih banyak yang menyadari tentang manfaat Posyandu yaitu 86 orang (95,56%), sedangkan responden yang kurang menyadari tentang manfaat Posyandu sebanyak 1 orang (1,11%).
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa X2 hitung = 13,04 dan X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang berarti X2 hitung > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasinya adalah terdapat hubungan antara Kesadaran ibu dengan kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare.


b. Analisis hubungan antara tenaga kesehatan dengan kunjungan Posyandu
Tabel 10
Hubungan antara Tenaga Kesehatan dengan kunjungan Posyandu
Merpati III Puskesmas Perawatan Lumpue Kota Parepare
Tenaga Kesehatan Kunjungan Posyandu
Kadang-Kadang Selalu Total
N % N % N %
Tidak Tersedia 1 1,11 0 0,00 1 1,11
Tersedia 0 0,00 89 98,89 89 98,89
Total 1 1,11 89 98,89 90 100
Sumber : Data Primer tahun 2008
Berdasarkan data pada tabel 10 menunjukkan bahwa dari 89 orang yang selalu berkunjung ke Posyandu lebih banyak yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan selalu tersedia yaitu 89 orang (98,89%), dan tidak ada responden (0%) yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan tidak tersedia di Posyandu Merpati III Kota Parepare.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa X2 hitung = 91,10 dan X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang berarti X2 hitung > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasinya adalah terdapat hubungan antara ketersediaan tenaga kesehatan dengan Kunjungan Balita di Posyandu Merpai III Kota Parepare
c. Analisis hubungan antara umur Balita dengan kunjungan Posyandu
Tabel 11
Hubungan antara Umur Balita dengan kunjungan Posyandu
Merpati III Puskesmas Perawatan Lumpue Kota Parepare
Umur Balita Kunjungan Posyandu
Kadang-Kadang Selalu Total
N % N % N %
Tinggi 6 6,67 30 33,33 36 40,00
Rendah 0 0,00 54 60,00 54 60,00
Total 6 6,67 84 93,33 90 100
Sumber : Data Primer tahun 2008
Berdasarkan data pada tabel 11 menunjukkan bahwa dari 84 Balita yang selalu berkunjung ke Posyandu lebih banyak yang berumur antara 0-11 bulan yaitu 54 orang (60,00%), dan 30 orang (33,33%) Balita yang berumur antara 12 – 59 bulan.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa X2 hitung = 9,65 dan X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang berarti X2 hitung > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasinya adalah terdapat hubungan antara umur Balita dengan kunjungan di Posyandu Merpati III Kota Parepare.







B. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Merpati III Puskesmas Perawatan Lumpue Kota Parepare, keadaan responden berdasarkan umur lebih banyak yang berumur 26-30 tahun (33,33 %) dan 31 tahun ke atas (33,33%) dibandingkan dengan yang berumur 25 tahun ke bawah. Keadaan responden berdasarkan jenis kelamin pada umumnya perempuan (100%). Keadaan responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhirnya lebih banyak SMP (33,33%) dan SMA (33,33%) dibanding dengan SD ataupun Perguruan Tinggi. Keadaan responden berdasarkan pekerjaan lebih banyak PNS dan Swasta yaitu 56,56% dibandingkan dengan yang tidak bekerja. Distribusi Balita yang berkunjung ke Posyandu berdasarkan umur lebih banyak yang berumur antara 0-11 bulan (51,11%) dibandingkan dengan yang berumur 12-59 bulan. Sedangkan distribusi berdasarkan jenis kelamin Balita yang berkunjung ke Posyandu lebih banyak berjenis kelamin perempuan (54,44%) dibandingkan dengan yang berjenis kelamin laki-laki.
1. Hubungan antara Kesadaran Ibu dengan kunjungan Posyandu
Hasil penelitian yang diperoleh bahwa kesadaran ibu terhadap kunjungan balita sangat berpengaruh, oleh karena tanpa kesadaran dan pemahaman yang cukup tentang manfaat Posyandu maka Posyandu tidak akan dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat.
Menurut Sri Poerdji pemahaman seseorang tentang manfaat posyandu akan membuat orang tersebut mau dan berminat untuk menggunakan fasilitas tersebut dengan penuh kesadaran tanpa paksaan ataupun iming-iming hadiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 87 orang yang selalu berkunjung ke Posyandu lebih banyak yang menyadari tentang manfaat Posyandu yaitu 86 orang (95,56%), sedangkan responden yang selalu berkunjung ke Posyandu tapi kurang menyadari tentang manfaat Posyandu sebanyak 1 orang (1,11%). Hanya 2 orang yang menyadari manfaat Posyandu tapi kadang-kadang ke Posyandu, hal ini membuktikan bahwa upaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang manfaat Posyandu harus selalu dilakukan sehingga semakin hari masyarakat semakin paham akan arti pentingnya Posyandu, oleh karena Posyandu adalah milik masyarakat dan bersumber dari masyarakat sedangkan Puskesmas sebagai penyelenggara kesehatan hanya memfasilitasinya.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa X2 hitung = 13,04 dan X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang berarti X2 hitung > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasinya adalah terdapat hubungan antara Kesadaran ibu dengan kunjungan Balita di Posyandu Merpati III Kota Parepare. Setelah dilakukan uji kemaknaan dengan metode Coefisien Cramer(C) nilai C= 0,40 maka didapatkan bahwa hubungan sedang antara kesadaran ibu dengan kunjungan Posyandu.
2. Hubungan antara Tenaga Kesehatan dengan kunjungan Posyandu
Tenaga kesehatan melaksanakan pelayanan kesehatan di masyarakat termasuk di Posyandu. Menurut UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan, tugas dan pekerjaan tenaga kesehatan ditetapkan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya. Melalui ketentuan tersebut, maka Menteri Kesehatan mengatur, membimbing, dan mengawasi tenaga kesehatan tersebut dalam melakukan tugas dan pekerjaannya baik yang dijalankan sebagai perseorangan maupun aktivitas-aktivitas secara kolektif. Tenaga kesehatan yang bertugas di Posyandu biasanya adalah tenaga penolong persalinan atau Juru Imunisasi (bidan atau perawat). Untuk Posyandu di abad kini tenaga kesehatan di Posyandu bertambah yaitu tenaga gizi dan promosi kesehatan.
Dalam penelitian ini yang paling banyak ditanggapi masyarakat dan paling dekat dengan kehidupan Posyandu adalah Juru Imunisasi oleh karena sebagian besar masyarakat ke Posyandu untuk mendapatkan suntikan imunisasi bagi anaknya. Bardasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa dari 89 orang yang selalu berkunjung ke Posyandu lebih banyak yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan selalu tersedia yaitu 89 orang (98,89%), dan tidak ada responden (0%) yang menyatakan bahwa tenaga kesehatan tidak tersedia di Posyandu Merpati III Kota Parepare. Ada 1% yang menyatakan tidak tersedia dan kadang kadang ke Posyandu.
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa X2 hitung = 91,10 dan X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang berarti X2 hitung > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasinya adalah terdapat hubungan antara ketersediaan tenaga kesehatan dengan Kunjungan Balita di Posyandu Merpai III Kota Parepare. Uji coefisien corelasi Cramer (C) didapatkan nilai C=0,76 yang berarti bahwa hubungan sangat kuat antara ketersediaan tenaga kesehatan dengan kunjungan Posyandu.
Puskesmas sebagai induk penyelenggara kegiatan kesehatan masyarakat di tingkat kecamatan harus lebih mengintensifkan tenaga kesehatan di Posyandu yang ada di wilayahnya. Oleh karena kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas semakin tinggi. Dan diharapkan juga pendidikan dan pengetahuan tenaga kesehatan semakin ditingkatkan.
3. Hubungan antara Umur Balita dengan kunjungan Posyandu
Kesehatan dapat dianggap sebagai suatu investasi artinya bila keadaan sehat maka semua waktu yang tersedia dapat digunakan secara produktif. Balita merupakan sasaran Posyandu yang cukup efektif oleh karena sebagian penduduk Indonesia tergolong Balita dan akan menjadi generasi bangsa di masa depan. Jika Balita sehat maka masa depan bangsa menjadi lebih kuat dan tangguh. Kesehatan Balita senantiasa dapat dipantau melalui upaya pelayanan Posyandu yang dilakukan oleh masyarakat dan didampingi oleh tenaga kesehatan. Usia Balita seperti dikatakan oleh Dr. Kishore R.J, rawan terserang penyakit dan biasanya penyakit yang paling sering terjadi pada Balita adalah demam, diare dan infeksi saluran napas. Hal tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan Balita. Oleh karena itu penimbangan Balita untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan berat badannya perlu dilakukan secara teratur dan berkala.
Berdasarkan hasil peneitian yang dilakukan pada Posyandu Merpati III menunjukkan bahwa dari 84 Balita yang selalu berkunjung, lebih banyak yang berumur antara 0-11 bulan yaitu 54 orang (60,00%), dan 30 orang (33,33%) Balita yang berumur antara 12 – 59 bulan, dan ada 6 orang (6%) kategori umur tinggi yang kadang-kadang ke Posyandu. Ini membuktikan bahwa upaya penimbangan Balita di Posyandu Merpati III belum maksimal. Oleh karena sebagian masyarakat yang ke Posyandu hanya untuk mendapatkan pelayanan imunisasi dasar. Setelah lengkap imunisasinya sudah tidak lagi berkunjung ke Posyandu. Padahal telah dibuktikan oleh beberapa ahli bahwa pada anak yang berumur di bawah 5 tahun sangat rawan terkena penyakit, dan angka kematian anak di Indonesia masih cukup tinggi ( profil KIA Sul-Sel ).
Hasil analisis statistik dengan uji Chi Square (X2) menunjukkan bahwa X2 hitung = 9,65 dan X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang berarti X2 hitung > X2 tabel. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima. Interpretasinya adalah terdapat hubungan antara umur Balita dengan kunjungan di Posyandu Merpati III Kota Parepare. Berdasarkan uji koefisien corelasi Cramer (C) diperoleh nilai C= 0,26 yang menunjukkan bahwa hubungan sedang.
Umur Balita merupakan usia dimana anak memerlukan pangasuhan dan pemeliharaan yang lebih ketat juga cukup merepotkan. Untuk memantau kesehatannya setiap bulan perlu dilakukan dengan sikap
yang bijaksana yaitu menimbang secara rutin setiap bulan supaya dapat dipantau apakah berat badan anak naik secara normal atau tidak terjadi kenaikan berat badan ataupun terlalu over weigh. Jika dalam 3 bulan berrturut-turut tidak terjadi kenaikan berat badan anak maka hal ini sudah menjadi keresahan baik bagi ibu anak maupun bagi kader Posyandu dan seharusnya dikonsultasikan kepada tenaga kesehatan atau dokter di Puskesmas.
Menurut MenKes, Siti Fadilah Supari dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, Meutia Hatta Swasono di profil Indonesia Sehat 2010 kita harus prihatin jika dalam 3 bulan berturut-turut timbangan anak turun atau tidak naik, oleh karena hal ini akan mengarah ke gizi kurang dan gizi buruk.
Pada Posyandu Merpati III Kota Parepare dalam satu bulan terakhir masih ditemukan beberapa orang balita dengan dengan gizi kurang(7 orang) dan gizi buruk (2orang). Ini berdasarkan data surveilans gizi Puskesmas Perawatan Lumpue Kota Parepare.
Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian di Posyandu Merpati III bahwa lebih banyak kelompok umur 0-11 bulan yang berkunjung ke Posyandu daripada kelompok umur 12-59 bulan. Sedangkan pada umur 12-59 bulan tersebut menurut Dr. Kishore adalah usia banyak bermain, sehingga waktu lapar tidak terasa dan lebih mudah terkena penyakit pada waktu bermain. Di usia ini jika ibu kurang mengontrol anak apalagi tidak menimbang anaknya secara rutin melalui sarana Posyandu terdekat maka tidak akan dapat dikontrol perkembangan pertumbuhan dan berat badan anaknya. Untuk itu pemanfaatan Posyandu pada usia 12-59 bulan harus lebih dimaksimalkan oleh masyarakat, hal ini untuk mencegah terjadinya kasus gizi kurang dan gizi buruk yang ternyata masih ada sampai dengan bulan Juli ini.
Kepada pihak Puskesmas Perawatan Lumpue diharapkan lebih mengintensikan pelayanan penyuluhan masyarakat tentang manfaat Posyandu sehingga masyarakat semakin banyak yang mengetahui manfaat Posyandu tersebut.
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Posyandu Merpati III Puskesmas Perawatan Lumpue Kota Parepare mengenai analisis kunjungan di Posyandu dapat diterik kesimpulan sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan yang bermakna antara kesadaran ibu dengan kunjungan Balita di Posyandu. Hal ini dapat dilihat karena nilai X2 hitung = 13,04 > X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang menyebabkan Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Terdapat hubungan yang bermakna antara ketersediaan tenaga kesehatan di Posyandu dengan Kunjungan Balita di Posyandu. Hal ini dapat dilihat karena nilai X2 hitung = 91,10 > X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang menyebabkan Ha diterima dan Ho ditolak.
3. Terdapat hubungan yang bermakna antara umur Balita dengan kunjungan Balita di Posyandu. Hal ini dapat dilihat karena nilai X2 hitung = 9,65 > X2 tabel = 3,84 untuk db 1α = 0,05 yang menyebabkan Ha diterima dan Ho ditolak.
2. Saran
1. Perlu adanya program khusus untuk membina kesehatan Balita terutama usia 12-59 bulan, misalnya dengan pendekatan kelompok bermain, tempat penitipan anak, taman kanak-kanak pra sekolah dan lain sebagainya.
2. Perlu adanya telaah khusus usia Posyandu 12-59 bulan, apakah pelayanan Posyandu masih cukup efektif.
3. Tenaga kesehatan merupakan sesuatu hal yang penting di Posyandu untuk itu kegiatan promosi posyandu melalui penyuluhan tentang Posyandu perlu ditingkatkan dan dicantumkan melalui kartu KMS Balita maupun Kartu KMS ibu hamil.














DAFTAR PUSTAKA

Azwar Asrul, 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi ketiga; Binarupa Aksara, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI.,2008.Panduan Pelatihan Kader Posyandu, Jakarta
Feriadi , 2008. Evaluasi Penimbangan Balita Di Kota Tanjung Pinang, 1-30.
Hasibuan S.P, H, 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi, Malayu.
Hastoeti, Sri Poerdji. 2008.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Balita Berkunjung di Posyandu. Internet 1-2.
Kusnadi Chasan S. 2001. Metode Penelitian Kesehatan. Makassar.
Nuddin Andi, 2006. Panduan Penulisan Skripsi, Parepare
________________2004. Kebijakan Dasar Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, KepMenkes 128/2004.
Siagian Sondang P.2006. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Rineka Cipta
Sulastomo, Manajemen Kesehatan, 2003, Jakarta. PT Gramedia Utama
http://www.google. co.id/search/2008. Posyandu di Abad Modern
http://www.google.Posyandu dan Revitalisasi.com/.2008
http://www.google. co.id/search/2008. Balita Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.
http://www.dkk-bpp.com/index.php?option=com content&task=view&id=203&
Itemid=47-Menjaga Kesehatan Balita, 2008
http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=10482&rubrik=problema, Orang Tua Kekanak-kanakan.
http://www.nakes203.htm/Undang-undang Tenaga Kesehatan,2008.
http://www.nakes.htmJurnal Nakes.2008
_______________, 2007. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MenKes/Per/XII/2007. Jakarta.
Suryadi Charles, Kualitas Pelayanan Posyandu di Perkampungan Kumuh Jakarta, Th XXIII no 5 ,1995 hal. 296. Majalah Kesehatan,
Thaha, R,V, Hadju and D.M. Dahchlan, Laporan Sementara Analisis Posyandu dan Pengembangan Sistem Monitoring Evaluasi di Sul-Sel. 2000. UjungPandang. Pusat Studi Pengembangan Gizi di FKM-UH.
R.I. DepKes, Buku Pegangan Kader(Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu, KB-Kesehatan)1997, hal. 1.
R. Sugeng,MS. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi angka Kunjungan Masyarakat ke Posyandu. 1991, hal 21. Majalah Kesehatan Masyarakat no 43.



















STUDI UPAYA REVITALISASI POSYANDU DALAM RANGKA PENINGKATAN FUNGSI DAN KINERJA POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PERAWATAN LAKESSI



HASDI











FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2008






















, sebanyak 191 orang. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, bulan Juli sampai dengan Agustus 2006 yakni data kualitatif yang bersumber dari Observasi Non Participation dan Indeft Interview dengan menggunakan pedoman wawancara, dan data Kualitatif hasil [penyebaran angket untuk kader dan pengguna dengan menggunakan rumus statistik Chi-Kuadrat dengan alpha = 0.05.
Hasil temuan menunjukkan bahwa sebagia besar kader (83.2%) mengatakan bahwa fasilitas seperti KMS/KIA, buku pencatatan, alat timbangan, bahan imunisasi dan tetes polio, obat-obatan (Vitamin A dan Fe) cukup tersedia di POSYANDU. Sedangkan jumlah kader yang aktif di Posyandu antara 2-3 orang (77.5%), sebaliknya pengguna mencapai (97.9%), tetapi tingkat kesadaran kader memberikan pelayanan di POSYANDU tiap bulan mencapai (65.9%). Ini berarti ada hubungan yang positif dan signifikan antara motiasi kader dan pengguna pada hari buka POSYANDU, karena semakin tinggi tingkat motivasi kader dan pengguna semakin tercapai pula upaya revitalisasi atau sebaliknya. Demikian juga status sosial ekonomi kader menjadi faktor barrier dan stimulans yang mempengaruhi revitalisasi POSYANDU, baik tingkat usia, pendidikan, pendapatan dan pengalam,an. Untuk mencapai hasil yang optimal, maka perlu dilakukan penyegaran dan pelatihan kader untuk meningkatkan kualitas pelayanan kader terhadap pengguna, dan solusi bagi daerah-daerah yang masih kekurangan kader, serta mengaktifkan kembali keberadaan unit pengelola POSYANDU di desa dan di kota.
artikel ini disadur dari Laporan Penelitian :Analisis Keberadaan Kader Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Terhadap Revitalisasi POSYANDU di Sulawesi Tengah, Oleh Drs. M. Munir Salham, M.A., dkk, kerjasama antara FISIP UNTAD dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah 2006.

DIarsipkan di bawah: Kesehatan Ibu dan Anak, Penelitian Kesehatan
« Nuzululquran 1428 H (dilingkungan Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah) Perkembangan Terakhir Gempa Bumi (Laporan Sementara & Resmi dari Depkes RI) »
4 Responses to “Analisis Keberadaan Kader Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Terhadap Revitalisasi Posyandu di Sulawesi Tengah”
1.
taufiq Nugroho,SH, di/pada Oktober 26th, 2007 pada 4:06 am Dikatakan:
bagus pula situs ini. tapi alangkah bagusnya lagi kalao dikasih contoh-contoat atau model-model proposal atau penelitian yang telah dihasilkan. gito bozz
2.
dinkesprovsulteng, di/pada Oktober 26th, 2007 pada 5:02 am Dikatakan:
Salam kenal buat Tn. Taufiq Nugroho, SH, Terima kasih atas masukkan anda, kami memiliki banyak proposal/penelitan di bidang kesehatan yang belum didiseminasi dengan baik, mudah-mudahan dalam kurun waktu yang tidak lama akan kami sediakan di Weblog ini.
Chandra
3.
giyarti, di/pada Februari 2nd, 2008 pada 3:23 am Dikatakan:
Saya mahasiswa tingkat akhir bidang gizi masyarakat dan sumberdaya keluarga. Rencananya saya akan melakukan penelitian yang terkait dengan evaluasi program revitalisasi Posyandu di Indonesia. Mohon sarannya untuk spesifikasi topik lebih lanjut agar penelitian ini memberikan manfaat bagi kemajuan Posyandu di Indonesia. Sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan Terima kasih.
4.
giyarti, di/pada Februari 2nd, 2008 pada 3:27 am Dikatakan:
Saya mahasiswa tingkat akhir bidang gizi masyarakat dan sumberdaya keluarga. Rencananya saya akan melakukan penelitian yang terkait dengan evaluasi program revitalisasi Posyandu di Indonesia. Mohon sarannya untuk spesifikasi topik lebih lanjut, agar penelitian ini memberikan manfaat bagi kemajuan Posyandu di Indonesia. Sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan Terima kasih.
[admin] say :
Terima kasih atas kunjungan anda, Untuk jawaban lebih spesifik pertanyaan anda akan kami sampaikan kepada kawan-kawan lintas program yang terkait langsung dengan kegiatan Posyandu. Sedikit saran dari kami kiranya bila ingin melihat data Nasional silahkan kunjungi Situs Web Departemen Kesehatan RI. Terima kasih.

Proposal penelitian

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagaimana tercantum pada pasal 3 Undang Undang No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan Dalam permenkes RI No. 741/menkes/per/VII/2008 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kota pada bab 2 pasal 2 ayat 2a dijelaskan bahwa cakupan kunjungan ibu hamil k4 95 % pada tahun 2015, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani 80 % pada tahun 2015, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 90 % pada tahun 2015, cakupan pelayanan nifas 90 % pada tahun 201, cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani 80 % pada tahun 2010, cakupan kunjungan bayi pada tahun 2010, cakupan desa/kelurahan universal child immunization 100 % pada tahun 2010, cakupan pelayan anak balita 90 % pada tahun 2010, cakupan pemberian makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan 100 % pada tahun 2010, cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan 100 % pada tahun 2010, cakupan peserta KB aktif 70 % pada tahun 2010, dengan melihat indikator di atas tentu hal ini akan membutuhkan suatu upaya-upaya yang strategis yang harus segera dilakukan secepatnya. Dan salah satunya adalah pemberdayaan masyarakat melalui Upaya Kesehatan bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi yakni pos pelayanan terpadu (Posyandu).
Sejalan dengan otonomi daerah (desentralisasi pelayanan dasar) kehadiran posyandu semakin lama semakin berkurang tidak saja jumlahnya tetapi juga kegiatannya. Pernyataan otonomi menurunkan aktivitas posyandu ini didukung oleh Menkes Siti Fadilah. Masalah ini akhirnya disadari oleh pemerintah, dan mulai mengadakan program revitalisasi, seperti dalam ucapan pidato kenegaraan tahun 2006 oleh presiden bahwa "pemerintah akan terus berupaya, untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, guna menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Kegiatan penyuluhan kesehatan, termasuk kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) juga mulai diaktifkan kembali. Hal ini sejalan dengan diterbitkannya Pedoman umum revitalisasi posyandu beberapa tahun yang lalu melalui surat edaran menteri dalam negeri dan otonomi daerah nomor : 411.3/1116/SJ tanggal 13 juni 2001.
Agar Posyandu dapat melaksanakan fungsinya, maka perlu upaya-upaya revitalisasi fungsi dan kinerjanya yang selama ini belum menunjukkan hasil yang optimal dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pengguna (user) Posyandu. Dimana dalam hal ini harus didukung oleh peningkatan peranan kader yang lebih berkualitas, tersedianya sarana dan prasarana, dukungan peran serta masyarakat setempat melalui kesadaran para pengguna posyandu itu sendiri serta adanya kerjasama dan sinergitas lintas sektor yang terkait. Program revitalisasi posyandu mempunyai tujuan agar terjadi peningkatan fungsi dan kinerja posyandu, dengan kegiatan utama adalah; 1) pelatihan, untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas kader; 2) pelayanan, mencakup pelayanan lima program prioritas yang merupakan paket minimal dengan sasaran khusus balita dan ibu hamil serta menyusui dan; 3) penggerakan masyarakat.
Berdasarkan data yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota Parepare bahwa jumlah posyandu pada tahun 2008 di kota parepare sebanyak 112 posyandu dan hanya 2 posyandu dengan kategori mandiri sisanya hanya pratama dan purnama, sedangkan di puskesmas Lakessi dari 19 posyandu tidak ada yang masuk kategori mandiri.
Dari hasil pemantauan yang kami lakukan dibeberapa posyandu di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Lakessi didapatkan beberapa permasalahan, diantaranya ; jumlah kader yang hadir kurang dari lima orang, kunjungan pengguna posyandu hanya didominasi oleh bayi dan balita, sarana dan prasarana belum memadai dimana penerapan system 5 meja belum berjalan dengan baik, dukungan dari lintas sektor belum maksimal dimana pelayanan kesehatan masih sangat terbatas pada pelayanan imunisasi dan konsultasi gizi, penyuluh KB belum berjalan dengan baik dan dukungan dari Tim penggerak PKK belum memuaskan. Sesuai data yang diperoleh dari Koordinator posyandu Puskesmas Perawatan Lakessi tentang kunjungan bayi/balita dalam kurun waktu 3 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan dengan rincian sebagai berikut ; pada tahun 2006 sebanyak 5.854 kunjungan, tahun 2007 = 5069 kunjungan dan tahun 2008 = 4944 Kunjungan. Dengan mencermati data di atas dan kondisi posyandu yang ada di wilayah kerka Puskesmas saat ini maka perlu melakukan upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi kota parepare.
Identifikasi dan perumusan masalah
Dari Uraian-uraian diatas dapat dirumuskan masalah sehubungan dengan upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi adalah :
Faktor- faktor apa saja yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Lakessi.
Definisi operasional
Faktor- faktor yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu adalah seluruh sumber daya dan potensi yang tersedia di posyandu yang dapat mengembangan dan meningkatan fungsi dan kinerja posyandu.
Upaya Revitalisasi Posyandu adalah Suatu upaya untuk kembali menghidupkan dan mengembangkan fungsi dan kinerja posyandu
Tujuan dan Kegunaan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mendukung upaya revitalisasi Posyandu.
Kegunaan penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi bagi dinas kesehatan pada umumnya dan puskesmas perawatan lakessi pada khususnya tentang upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam upaya revitalisasi dan pengembangan posyandu. Di samping itu dapat menjadi rujukan dari pemerintah setempat untuk melihat gambaran posyandu yang ada di wilayahnya.
Kerangka Pemikiran
1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti
Keberadaan kader posyandu sebagai salah satu sistem penyelenggaraan pelayanan kebutuhan kesehatanan dasar sangat dibutuhkan. Mereka adalah ujung tombak pelayanan kesehatan yang merupakan kepanjangtanganan Puskesmas. Adapun yang perlu diteliti pada kader adalah :
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Keterampilan
Dukungan dan peran serta masyarakat melalui kesadaran pengguna posyandu untuk datang ke posyandu sangat diharapkan. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan masih menempatkan masyarakat sebagai objek, bukan sebagai subjek pembangunan kesehatan. Hal-hal yang perlu diteliti adalah :
a. Sikap
b. Pengetahuan
c. Motivasi
Tersedianya sarana dan prasarana di posyandu sangat menunjang kelancaran proses kegiatan di posyandu, kurangnya sarana dan prasarana dapat menghambat kegiatan posyandu. Adapun sarana dan prasarana yang perlu diobservasi adalah :
a. Sarana pelayanan kesehatan
b. Sarana pelayanan penyuluhan
c. Sarana administrasi
d. Tempat pelayanan
e. Sarana pendukung ( lingkungan )
Adanya kerjasama lintas sektor sangat diharapkan guna menunjang berjalannya program di posyandu sebagai suatu kesatuan baik dari tenaga kesehatan, penyuluh KB maupun dari Tim penggerak PKK. Adapun yang perlu diteliti :
a. Tanggungjawab
b. Kerjasama
c. Kedisiplinan
2. Pola Pikir Variabel
Hubungan ketiga variabel tersebut di atas dapat dilihat melalui bagan sebagai berikut :




Gambar 1 : Skema kerangka pikir penelitian
3. Identifikasi Variabel
a. Variabel bebas (independent variable)
- Keberadaan kader posyandu
- Kesadaran pengguna posyandu
- Tersedianya sarana dan prasarana
- Adanya kerjasama lintas sektor
b. Variabel terikat
- Variabel terikat dalam penelitian ini adalah upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan Fungsi dan kinerja posyandu.


















METODE PENELITIAN
Metode dan desain penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan “ cross sectional study “ yaitu dinamika hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dikaji pada saat yang bersamaan dengan tujuan mengetahui faktor – faktor yang dapat mendukung upaya revitalisasi posyandu dalam rangka peningkatan fungsi dan kinerja posyandu di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi kecamatan Soreang kota Parepare.
Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah :
1. Wawancara
2. Kuisioner
3. Obsevasi
Populasi dan sampel
Populasi
Populasi adalah semua kader posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi berjumlah 95 orang, seluruh pengguna posyandu yang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi, penanggung jawab posyandu (petugas puskesmas perawatan lakessi) berjumlah 19 orang, semua ketua pokja IV kelurahan ang berada di wilayah kerja puskesmas perawatan lakessi berjumlah 4 orang, dan seluruh petugas PLKB berjumlah 4 orang.

Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik sampling,




















PROPOSAL PENELITIAN

STUDI UPAYA REVITALISASI POSYANDU DALAM RANGKA PENINGKATAN FUNGSI DAN KINERJA POSYANDU
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
PERAWATAN LAKESSI

HASDI










FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2009

Selasa, 21 April 2009

Referensi skripsi

Buku Posyandu

Sabtu, 18 April 2009

revitalisasi posyandu

ini adalah judul skripsi saya di fkm umpar tahun 2009